Wikipedia
REPUBLIKA.CO.ID, GRESIK -- Siswa SMA Hidayatus Salam, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, menemukan manfaat kulit buah Naga, yakni untuk mengetahui kandungan formalin dan boraks dalam sebuah makanan.
Salah satu siswa, Fairuz Fatin Bahriyah, Selasa, mengaku ide awal pemanfaatan kulit buah naga, yakni ketika dirinya bersama sejumlah rekannya ingin mencari zat pendeteksi formalin dan boraks, hal ini didasari karena banyaknya bahan makanan di pasaran yang menggunakan kedua bahan itu.
"Ide awal muncul setelah saya melihat banyaknya makanan yang menggunakan formalin dan boraks untuk bahan pengawet, kemudian menemukan kulit buah naga sebagai alat pendeteksi formalin dan boraks," katanya.
Dikatakannya, kulit buah Naga yang juga disebut "Hylocereus Costaricensis" dapat digunakan mendeteksi adanya zat formalin secara mudah tanpa bahan kimia lainnya.
"Pertama, makanan direndam terlebih dahulu dalam air yang dicampur kulit buah naga, kemudian jika makanan itu menggunakan formalin atau boraks akan memberikan warna merah yang lebih lama pada kertas tisu, dibanding dengan makanan tanpa formalin," katanya.
Ia menjelaskan, proses pendiaman makanan dalam air kulit buah Naga dilakukan selama 10 menit, sehingga warna tisu akan semakin terlihat merah, sedangkan bagi makanan yang tidak mengandung formalin akan tetap terlihat putih.
Fatin mengatakan dirinya bersama sejumlah rekannya telah melakukan percobaan pada makanan bakso dan tahu. "Untuk pentol yang mengandung boraks, dalam percobaan itu akan terlihat warna ungu pudar, dan pentol yang tidak mengandung boraks warnanya merah muda, atau warna asal kulit buah naga," katanya.
Selain itu, praktik pada teh yang mengandung boraks akan menjadi coklat, dan yang tidak mengandung boraks akan menjadi merah muda seperti warna asal kulit buah naga.
Salah satu siswa, Fairuz Fatin Bahriyah, Selasa, mengaku ide awal pemanfaatan kulit buah naga, yakni ketika dirinya bersama sejumlah rekannya ingin mencari zat pendeteksi formalin dan boraks, hal ini didasari karena banyaknya bahan makanan di pasaran yang menggunakan kedua bahan itu.
"Ide awal muncul setelah saya melihat banyaknya makanan yang menggunakan formalin dan boraks untuk bahan pengawet, kemudian menemukan kulit buah naga sebagai alat pendeteksi formalin dan boraks," katanya.
Dikatakannya, kulit buah Naga yang juga disebut "Hylocereus Costaricensis" dapat digunakan mendeteksi adanya zat formalin secara mudah tanpa bahan kimia lainnya.
"Pertama, makanan direndam terlebih dahulu dalam air yang dicampur kulit buah naga, kemudian jika makanan itu menggunakan formalin atau boraks akan memberikan warna merah yang lebih lama pada kertas tisu, dibanding dengan makanan tanpa formalin," katanya.
Ia menjelaskan, proses pendiaman makanan dalam air kulit buah Naga dilakukan selama 10 menit, sehingga warna tisu akan semakin terlihat merah, sedangkan bagi makanan yang tidak mengandung formalin akan tetap terlihat putih.
Fatin mengatakan dirinya bersama sejumlah rekannya telah melakukan percobaan pada makanan bakso dan tahu. "Untuk pentol yang mengandung boraks, dalam percobaan itu akan terlihat warna ungu pudar, dan pentol yang tidak mengandung boraks warnanya merah muda, atau warna asal kulit buah naga," katanya.
Selain itu, praktik pada teh yang mengandung boraks akan menjadi coklat, dan yang tidak mengandung boraks akan menjadi merah muda seperti warna asal kulit buah naga.